Terima Kasih, Bandung

Adalah Bandung –lagi dan lagi. Tempat ini memiliki kemampuan untuk memaksa siapapun yang pernah mengunjunginya agar kembali. Lagi, saya ingin berbagi tentang apa-apa yang saya sudah dapatkan di lahan praktik saya di RSHS, Bandung.

Pertama kali menjajakan kaki di rumah sakit ini, kami dikenalkan oleh bu Popon –penanggung jawab praktik klinik di Bandung– kepada seluruh fisioterapis yang bertugas di rumah sakit ini, bahkan ke hampir semua terapis –termasuk okupasi terapis, terapi wicara, dan terapis di instalasi rehab medik lainnya– di sini. Pada hari itu juga kami dikenalkan dengan rekan mahasiswa dari akfis Dustira yang sama-sama sedang menjalani praktik klinik di rumah sakit ini.

Awalnya, kami –mahasiswa UI– masih sangat canggung untuk sekedar menyapa mereka –mahasiswa Dustira. Maklum, baru pertama kali bertemu. Satu minggu, dua minggu kami sudah mulai dekat. Kami yang bersama-sama menangani pasien baik itu di poli maupun di ruangan, membuat kami dipaksa saling berinteraksi. Dari situlah kami mulai membuka obrolan. Dua sampai tiga minggu kedekatan itu semakin terlihat. Kami yang mulanya canggung, mulai merasa lepas ketika ‘ngobrol’ dengan mereka sampai tawa yang terbahak tidak jarang ditemui di sela-sela obrolan kami.

image

Mahasiswa UI dan Akfis Dustira foto bersama

image

Foto di hari terakhir mahasiswa Akfis Dustira di RSHS

Berlanjut ke pembimbing lahan. Ada sekitar tiga belas fisioterapis yang bekerja di rumah sakit tersebut. Dua diantaranya saya sangat dekat sekali dengan mereka.

Ada Mas Dedi, fisioterapis asal Solo yang beraksen jawa ketika berbicara. Beliau adalah orang yang mudah sekali membuat tertawa siapapun lawan bicaranya. Beliau ini memiliki kemampuan menggambar karakter anime yang luar biasa. Setiap jam makan siang, saya selalu diajak beliau untuk makan siang bersama di warung yang kami biasa ‘nongkrong’.
Ada lagi Mas Furqon, sosok yang dari parasnya terlihat keren, mirip foto model kata mereka. Beliau ini memiliki akurasi tendangan yang baik dalam bermain futsal.
Pak Anwar, ahlinya terapi manipulasi dan muskuloskeletal. Beliaulah yang menjelaskan bagaimana cara melakukan pemeriksaan komprehensif terhadap pasien-pasien yang memiliki masalah di muskuloskeletal.
Pak Selle, begitu mahasiswa memanggilnya. Beliau ini adalah sosok pendiam yang memiliki banyak ilmu dibalik diamnya. Beliau ahli dalam bidang neuromuskular. Metode terapi neuromobilisasi, beliaulah yang mengajari para mahasiswa di sini.
Bu Septi, seorang fisioterapis yang cerdas, kocak dan menghibur. Setiap apa yang dia katakan selalu memiliki makna. Selalu merasa salut ketika beliau menjelaskan tentang ‘kehebatan profesi kita’ di sela-sela tutor pagi, ahli dalam melakukan metode gapping untuk mengurangi joint blocking.
Ibu Kus, ibu peri nya pembimbing lahan di sini. Iya, kami menjuluki beliau ibu peri. Sifat keibuan yang terlihat dari beliau mampu membuat kami menaruh hormat yang tinggi kepada beliau.

image

Fisioterapis di RSHS

image

Mahasiswa UI dan fisioterapis RSHS berfoto bersama

image

Kiri ke kanan ->> Pak Selle, Pak Furqon

Demikian adalah beberapa fisioterapis yang ada di RSHS, tidak bisa saya jelaskan satu persatu dari mereka. Yang jelas, mereka adalah orang hebat yang sudah memberi kami ilmu dan pengalaman. Terima Kasih. Sekian

Leave a comment